Wednesday, April 6, 2011

Pengenalan Organ Reproduksi Jantan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
    Reproduksi merupakan suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi . Dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan, setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual. Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual.               
Fungsi alamiah esensial seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup aktif dan potensial fertile serta secara sempurna meletakkannya ke dalam saluran hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Alan tetapi pusat kegiatan keduanya terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu sendiri.

Organ kelamin pada jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder, luar dan kelenjar pelengkap. Organ-organ tersebut memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda-beda. Untuk mengetahui hal itu perlu pembelajaran yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Jantan adalah mengetahui ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin jantan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.        Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengenal dan mengetahui ukuran, bentuk serta fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin jantan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Organ Kelamin Primer
1. Testis                                        T

estis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh (Anonima,  2010).                        Testis terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testis dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melaui canalis inguinalis ke dalam scrotum (Toelihere,  1977).                            Pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertikal di dalam scrotum.  Pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12 sampai 16 cm dan diameter 6 sampai 8 cm. Tiap testis (termasuk epididymis)  berukuran berat 300 sampai 500 g tergantung pada umur, berat badan dan bangsa sapi.  Pada keadaan normal, kedua testes adalah sama besar, mempunyai konsistensi ketat tetapi tidak keras (Toelihere,  1977)
Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum.  Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis.  Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih.  Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen.  Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak) (Anonimb, 2010).    Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit dari pada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin.  Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis (Anonimb, 2010)
    Fungsi testis lainnya yang penting selain menghasilkan sperma adalah sekresi hormone seks jantan.  Bukti-bukti yang ada dan yang terbaik menunjukkan bahwa hanya sel Leydig yang terdapat pada jaringan interstisial mensekresi hormone androgen, tetapi belum dapat mengenyampingkan sama sekali adanya sedikit kemungkinan bahwa komponenp-komponen tubulus seminiferus mungkin berperan serta pada fungsi ini.  Di antara spesies dan di dalam satu spesies terdapa perbedaan perkembangan yang besar pada sel Leydignya.  Pada ayam jantan muda, sel-sel Leydignya jauh lebih banyak dibandingkan pada ayam jantan yang lebih tua dan pada kenyataannya sukar untuk menemukan sel Leydignya pada jaringan interstisial ayam jantan dewasa.  Pada manusia dan sapi, sel-sel Leydig jauh lebih sedikit dan tidak membentuk sarang-sarang yang besar seperti yang terjadi pada spesies lain.  Sekresi androgen oleh sel Leydig dikontrol hormone-hormon pituitary, dan tingkat sekresinya tergantung pada tingkat fungsional kelenjar pituitary (Anonimb, 2010).
B. Organ Kelamin Sekunder
1.    Epididymis
Epididymis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis.  Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididymis membelok ke atas.  Cauda epididymis (ekor epididimis): merupakan bagian epididymis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas.  Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Anonimc, 2010).                Spermatozoa tertimbun di dalam pembuluh epididimis, yang panjangnya sampai 33 – 35 m. Pada sapi jantan dan lebih panjang pada babi atau kuda jantan.  Di dalam epididimis spermatozoa menjadi masak terhadap kemampuannya untuk membuahi ovum.  Bila spermatozoa melajutkan proses kedewasaannya selam dalam perjalanan di dalam epididimis, massa protoplasma yang berupa butiran-butiran cytoplasma, yang biasanya berada di sekitar leher spermatozoa akan bergerak menuju ke bagian ekor dan secara normal akan terlepas sebelum diejakulasikan, pada waktu spermatozoa itu berada di dalam epididimis kepala.  Namun demikian dapat terjadi bahwa butiran protoplasma masih tetap tinggal dispermatozoasesudah diejakulasikan dan spermatozoa yang masih mengandung butiran sitoplasma itu dapat dikatakan bahwa spermatozoa yang tidak sempurna proses kedewasaannya (Salisbury, 1985).    Epididimis mempunyai 4 fungsi utama yaitu transport, konsentreasi maturasi dan penyimpana sperma.  Fungsi epithelium epididimis adalah sebagian untuk absorpsi, dan sebagian sekretori (Toelihere, 1977).                        Pengangkutan.  Spermatozoa diangkut dari rete testis ke ductuli efferents testis oleh tekanan cairan di dalam testis.  Perjalanannya melalui ductuli efferents testis dibantu oleh cilia yang bergerak aktif memukul kearah luar pada sel-sel bercilia dan oleh gerakan-gerakan peristaltic muscular dindingnya.  Pengangkutan sperma dari epithel kecambah sampai ke cauda epididimis memakan waktu 7 sampai 9 hari pada sapiu jantan tergantung pada frekuensi ejakulasi (Toelihere, 1977).            Konsentrasi.  Dari suspensi sperma encer yang berasal dari testes dengan konsentrasi 25.000 sampai 350.000 sel per mm3, air diresorbsi ke dalam sel-sel epithel selama perjalanannya melalui epididimis, terutama pada caput, dan ketika mencapai cauda konsentrasi suspense sperma menjadi 4.000.000 sel atau lebih per mm3 atau 4 x 109 sel per ml (Toelihere, 1977)                        Maturasi.  Sperma menjadi matang di dalam epididimis dan sisa cytoplasma (cytoplasmic droplet) berpindah dari pangkal kepala (proximal droplet) ke ujung bawah bagian tengah sperma (distal droplet).  Pematangan atau maturasi sperma mungkin dicapai atas pengaruh sekresi dari sel-sel epithel.  Pada sapi jantan perpindahan butiran cytoplasma hanya terjadi di dalam caput epididimis, sehingga di dalam cauda praktis semua sperma mempunyai butiran cytoplasma pada posisi distal (Toelihere, 1977).                                        Penyimpanan.  Cauda epididimis merupakan tempat penyimpanan sperma.  Konsentrasi sperma sangat tinggi dan lumen ductus tersebut relative lebih luas.  Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa kira-kira setengah dari jumlah spermatozoa disimpan di dalam cauda yang membentuk hanya seperempat dari panjang saluran epididimis. Kondisi di dalam cauda epididimis adalah optimal untuk mempertahankan kehidupan sperma yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim.  Apabila epididimis sapi diikat, sperma akan tetap hidup dan fertile di dalam epididimis sampai 60 hari.  Sebaliknya sesudah istirahat kelamin yang sangat lama, ejakulat-ejakulat pertama mungkin mengandung sperma yang tidak fertile.  Pelepasan selubung acrosoma (galea capitis) adalah salah satu dari perubahan-perubahan pertama yang terlihat pada sperma sesudah suatu periode istirahat kelamin yang lama.  Pada keadaan lain tempat penyimpanan sperma dapat dikosongkan sewaktu mastrubasi atau pada hewan-hewan jantan yang belum berpengalaman sewaktu urinasi (Toelihere, 1977).       
2.    Vas deferens                                        Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis. Pada hewan besar saluran ini cukup panjang keluar dari epididimis membentuk Funikulus spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut menuju uretra dalam rongga pelvis (Anonimd, 2010).                              Duktus deferens dibagi menjadi dua bagian, yakni : bagian yang tidak berkelenjar disebut : Duktus deferens dan bagian yang berkelenjar disebut : Ampulla. Selaput lendri membuat lipatan longitudinal, dengan epithel silindri sebaris atau dua baris, berdiri pada membran basal.  Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis, bagian ini langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa.  .  Pada babi lapis sirkuler tebal terletak disebelah dalam sedangkan lapis memanjang tipis, sehingga tidak membentuk strata yang jelas.  Tunika adventitia atau serosa terdapat paling luar, pembuluh darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos sering tampak di bagian ini. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra. (Anonimd, 2010).
3.   Kelenjar Asesoris Pelengkap                                Yang termasuk kelenjar pelengkap adalah sepasang vesikula seminalis, prostate (yang pada tikus terdiri atas tiga lobi, sedangkan pada mamalia berupa bangunan tunggal), dan sepasang kelenjar bulbo uretra atau kelenjar cowper (Anonimd, 2010).                                   
1.    Kelenjar vesikulares                                    Kelenjar-kelenjar vesikulares (glandulae vesikulares) dahuli disebut vesikula seminalis karena disangka merupakan reservoir semen. Pada sapi ia terdapat sepasang, jelas lobulasinya dan berada di dalam lipatan urogenital lateral dari ampula.  Kelenjar-kelenjar vesikulares berbeda-beda dalam ukuran dan lobulasi antara individu-individu hewan.  Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10 sampai 15 cm dan diameter 2 sampai 4 cm. Saluran-saluran sekretoris dari lobuli membentuk satu saluran ekskretoris utama yang terletak pada pertengahan kelenjar dan membentang ke caudal di bawah kelenjar prostate.  Setiap saluran ekskretoris bersatu dengan vas deferens pada jalan keluarnya ke urethra membentuk dua ostia ejaculatoria. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa (Toelihere, 1977).       
2.    Kelenjar Prostata                                    Cairan yang berasal dari kelenjar prostate sapi jantan tidak bnayak diketahui orang mengenai komposisi kimiawinya. Kelenjarnya terdiri dari 2 bagian yang bersambungan.  Tempat dari kelenjar ini berada di sisi dorsal pada tempat pertemuan urethra pelvis dengan kandung air kencing, penjangnya kira-kira 3, 75 cm, lebar 1,25 cm dan tebal 1,25 cm.  Tempat muara pembuluh-pembuluh kecil dari kelenjar prostat dilingkari oleh urat daging urethra, tetapi dinding pembuluh itu sendiri terdiri dari jaringan kelenjar yang diperkuat oleh serabut urat daging licin di bagian lapisan luar dan lapisan dalam.  Banyaknya produksi cairan yang dihasilkan relative sedikit dan bila akan dikumpulkan cairan itu dengan susah payah akan dapat berhasil bila potongan kelenjar tadi diperas (Salisbury, 1985).                        Kelenjar prostate dilapisi dinding yang mengandung sel sekresi yang berjajar sederhana.  Kelenjar ini merupakan sumber antagglutin jantan, dan dikatahui bahwa kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral dengan kadar tinggi.  Meskipun demikian, untuk mempelajari fungsi kelenjar prostat sapi jantan dengan mengisolasi kelenjar, atau menentukan sifat-sifat kimiawinya dari cairan yang dilepaskan yaitu dengan memisahkan air mani  yang diejakulasika. Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin jantan yang memberikan bau yang khas terhadap semen yang dihasilkan oleh jantan, dan diketahui bahwa kelenjar prostat pada sapi menghasilkan cairan yang mengandung mineral dengan kadar yang tinggi (Salisbury, 1985).
3.   Kelenjar Cowper                                     Kelenjar-kelenjar Cowper terdapat sepasang  berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi sedikit lebih kecil daripada kelenjar Cowper kuda yang berukuran tebal 2,3 sampai 5 cm.  Kelenjar-kelenjar tersebut terletak di atas urethra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis.  Saluran-saluran sekretori dari setiap kelenjar bergabung membentuk satu saluran ekskretoris yang panjangnya 2 sampai 3  cm.  Kedua saluran terpisah di tepi lipatan mucosa urethra (Toelihere, 1977).        Sekresi kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap bersifat apocrine, artinyaa bagian tengah cytoplasma sel ditransformasikan menjadi sekresi.  Cairan yang menetes dari preputium sapi sebelum penunggangan adalah sekresi kelenjar Cowper, kemungkinan besar fungsinya adalah untuk membersihkan dan menetralisir urethra dari bekas urine dan kotoran-kotoran lainnya sebelum ejakulasi.  Cairan yang jernih dan bebas sperma ini dengan sekresi yanmg tertampung dengan vagina buatan jika pengumpulan semen dilakukan  terlampau cepat tanpa persiapan dan stimulasi yang cukup (Toelihere, 1977).
C. Organ Kelamin Luar                                         1.  Skrotum
Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat. Tunica dartos membagi scrotum menjadi dua kantung dan melekat pada tunica vaginalis yang terletak pada dasar kantong tersebut (Anonimb, 2010).                                    Pada semua mamalia yang hidup di laut dan pakidermis (binatang berkulit tebal) testis mengalami penurunan. Kearah stratum pada unggas, testis tidak mengalami penurunan, tetapi tetap tinggal disekitar ginjal. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 80C lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh.  Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin (Anonimb, 2010).   
 2.   Penis                                             Penis merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis.  Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh.  Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarikpenis kedalam tubuh kembali (Anonimb, 2010).            Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapi dan babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis.  Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina.  Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi (Anonimb, 2010).

3.   Preputium
      Preputium terdiri atas dua bagian yakni : Bagian exsternal yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen disebut : Pars parietalis dan pars viseralis, keduanya bertemu pada orifisium preputi.  Pars parietalis terlipat kedalam dan ke muka pada forniks dan menutup ujung penis sebagai pars viseralis (Anonimd, 2009).        Pars eksterna mempunyai struktur sama dengan kulit, banyaknya rambut bervariasi tergantung spesies hewannya.  Pars parietalis dihubungkan dengan lapisan luar dengan jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah dan otot polos yang berasal dari tunika dartos skroti dan berkas otot serat lintang (kecuali kuda dan anjing) (Anonimd, 2010) .   
    Pada fornik terdapat evaginasi kulit, nodulus limfatikus terdapat lapisan parietal dari babi dan biri-biri, fornik sapi, anjing babi dan lapisan yang menutup glans penis sapi. Ujung saraf berupa bulbus terminalis dan korpus-ulum genitale terdapat lapisan viseral preputium semua hewan.  Pada kucing terdapat juga korpus-kulum pasini (Anonimd, 2010).
Pembahasan
a.    Organ Kelamin Primer
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Ukuran testes pada berbagai jenis ternak bervariasi hal ini dapat disebabkan karena perbedaan genetic dan lingkungan di samping perbedaan umur ternak juga sangat mempengaruhi perkembangan ukuran bagian-bagian tubuhnya. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) bahwa pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur, berat badan, dan bangsa sapi. Lebih lanjut dikatakan oleh Keiko (2009) bahwa lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga warna testes akan terlihat putih ataupun kekuningan.
Disamping itu dapat pula diketahui bahwa pada sapi yang abnormal yang mengalami kelainan kelamin dimana testesnya tidak dapat turun, maka kita tidak dapat mengukur testesnya karena perkembangan testesnya mengalami gangguan hal ini dapat disebabkan karena kerja hormon yang terhambat serta pengaruh suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2009) yang menyatakan bahwa kejadian tidak turunnya testes ke dalam scrotum semata-mata karena pengaruh suhu. Dimana suhu yang tinggi akan menyebabkan kematian pada spermatozoa, sehingga dengan melakukan pendinginan terhadap testes yang criptochid maka spermatozoa akan aktif kembali.
Di dalam testes sapi terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi yang sangat faal.  Testis diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis, disebut tunica albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Testes juga mengandung tubulus seminiferi yang mengakibatkan testes dapat berfungsi sebagai penghasil sperma. Disamping itu adanya tubulus-tubulus di dalam testes yang dirangsang oleh FSH mengakibatkan testes juga dapat menghasilkan hormon yakni testosteron yang berfungsi untuk mempertahankan sifat kelamin sekunder serta merangsang terjadinya libido (keinginan seksual). Hal ini sesuai dengan pendapat Keiko (2009) yang menyatakan bahwa Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis serta lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimb (2009) bahwa Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH.
b.    Organ Kelamin Sekunder
a.    Vas Deferens
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa saluran reproduksi pada jantan terdiri dari vas deferens. Vas deferens merupakan saluran yang panjang dan berliku-liku, yang berdampingan dengan corpus epididymis. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Ukuran fas deferens pada berbagai sapi bervariasi, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lingkungan tempat tinggal serta perbedaan genetik. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009) bahwa vas deferens diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan konsistensinya seperti tali dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan Epididymis.
Vas deferens merupakan saluran yang berdampingan dengan corpus epididymis, dimana saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai pendapat Frandson (1992) bahwa vas deferens adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari Epididymis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor Epididymis ke uretra. Dindingnya berupa otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen saat ejakulasi.
b.    Epididymis
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa epididymis memiliki struktur yang panjang dan bertautan dengan testes, yang panjang dan berliku. Terdiri dari 3 bagian yaitu caput epididymis yang merapat dibagian atas testes, kemudian diarah lateral memanjang corpus epididymis, dan diujung testes terdapat ekor/cauda epididymis. Setiap bagian epididymis memiliki fungsi yang berbeda dimana caput epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testes dan menyimpannya hingga tercapai maturasi. Selanjutnya Corpus epididymis menjadi saluran yang membawa sperma dari caput menuju ke kauda epididymis.  Lalu sperma berakhir di cauda epididymis, yang berfungsi untuk menimbun sperma hingga akhirnya terjadi ejakulasi dan sperma akan keluar menuju vas deferens. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) bahwa Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas 1/3 dari bagian testis. Epididymis memiliki empat fungsi yakni caput (kepala) Epididymis berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan) Epididymis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda) Epididymis berfungsi sebagai tempat penimbunan sperma.
Ukuran epididymis pada berbagai ternak sangat bervariasi, dimana saluran ini sangat panjang bahkan ada yang mencapai 60 m. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal  yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm.  Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm.  Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm.  Dari nilai nilai tersebut diketahui bahwa saluran epididimis sangat panjang dan berliku-liku disekitaran testes. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1992) yang menyatakan bahwa epididymis mengandung ductus Epididymis yang sangat berliku-liku dan panjang. Akan tetapi ukuran-ukuran yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) yang menyatakan bahwa saluran epididymis mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa. Hal ini terjadi karena perbedaan genetik ternak, umur serta lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini didukung oleh Brown (1992) bahwa Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh tudika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis viseral tunika vaginalis. Tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar didalamnya, sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown, 1992).
c.    Organ Kelamin Luar
a.    Scrotum
Dari hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993) bahwa Scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
b.    Penis
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diketahui bahwa penis merupakan organ kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan penis. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Ukurannyapun kecil tati bervariasi tergantung pada jenis dan umur ternak serta lingkungan. Glan penis pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Glands penis memiliki bentuk yang menipis di ujung yang bebas pada penis. Ukurannya berbeda-beda dari masing-masing jenis dan umur ternak, pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip dengan panjang glands penis 5-7,5 cm.
Lain halnya dengan gland penis, penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Sama seperti gland penis, penispun ukurannya berbeda-beda. Pada sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) bahwa penis pada sapi jantan dewasa panjangnya mencapai ± 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimc (2009) bahwa Penis hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Berbentuk penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Bagian ujung penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi penis membesar sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan penis mengendor atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus.
Gland penis pada ujung testes menjadi pusat saraf pada penis, karena gland penis ini dialiri oleh banyak pembulus saraf dan merupakan tempat ujung saraf yang mendukung proses ejakulasi. Sedangkan penis merupakan organ kopulasi  yang berfungsi untuk menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), yang menyatakan bahwa penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra sedangkan diujung penis dimana terdapat gland penis yang dialiri banyak pembuluh saraf dan merupakan tempat ujung saraf.
c.    Preputium
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis. Setelah masa pubertas tercapai pada seekor jantan maka preputium ini akan terbuka yang memungkinkan penis untuk kelus masuk pada saat ereksi dan relaksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000), bahwa preputeum adalan bagian dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari penis.
d.    Kelenjar Pelengkap
a.    Kelenjar Vesikula Seminalis
Dari hasil praktikum, maka diketahui bahwa kelenjar vesikula merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapi dan babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1992), bahwa kelenjar vesikuler merupakan organ dengan lobulasi kompak. Sel-sel silinders yang bersekresi mengandung butir lipid kecil dan glikogen dan memberikan reaksi fosfatase alkali positif. Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10-15 cm dan diameter 2 sampai 4 cm. Pada penyayatan, jaringan kelenjar yang berwarna kekuning-kuningan biasanya menjendol ke luar dari permukaan sayatan.
Kelenjar ini befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma. Lebih lanjut diungkapkan oleh Keiko (2009) bahwa Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansi lain di mana saja pada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapi.


b.    Kelenjar Prostata
Dari tabel pengamatan dapat terlihat bahwa kelenjar prostat pada ternak bervariasi dari segi ukuranya. Pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) bahwa bagian luar kelenjar prostat adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus seminalis, dan yang menutup bagian dorsalnya saja dan berwarna seperti susu. Kelenjar prostate berukuran lebar 2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per rektal sebagai suatu penonjolan lonjong melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm, panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra.
Kelenjar ini merupakan kelenjar pensekresi cairan yang kental seperti susu yang tercampur pada semen  yang memberikan bau yang khas terhadap semen. Disamping itu kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) bahwa Ekskresi kelenjar prostate  berupa cairan prostat bersifat encer dan seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam. Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin yang memberikan bau yang khas terhadap semen selain itu kelenjar prostat pada sapi juga menghasilkan cairan yang mengandung mineral dengan kadar yang tinggi.
c.    Kelenjar Bulbourethalis/Cowpers
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dsapat diketahui bahwa kelenjar bulbourethalis/cowper terletak di sebelah menyebelah ureter dipelvis yang berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, disamping itu cairan kelenjar ini juga berfungsi untuk menetralisir pH ureter yang akan dilalui semen pada saat ejakulasi. Hal ini didukung oleh pendapat Anonimd (2009) yang menyatakan bahwa kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa-sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi.
Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Ukurannya bervariasi dari masing-masing jenis dan umur ternak akibat perbedaan kemampuan dan kematangan alat reproduksinya. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm,  pada sapi Brahman  abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm. Namun pada sapi brahman normal kelenjar ini tidak dapat diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009) bahwa Kelenjar cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi sedikit lebih kecil daripada kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 sampai 5 cm. kelenjar tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kelenjar Cowper’s dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong atau bulat telur berukuran panjang 2,5 cm.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.    Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai  penghasil sperma dan hormon kelamin jantan (testosterone)
2.    Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
3.    Ukuran epididymis pada sapi Bali normal  yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm.  Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm.  Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm.  Berfungsi sebagai tempat maturasi, konsentrasi, transportasi serta penimbunan sperma sebelum diejakulasikan
4.    Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes
5.    Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Glan penis pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Pada sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm. Penis secara umum berfungsi sebagai orga kopulasi pada jantan.
6.    Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7.    Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8.    Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9.    Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm,  pada sapi Brahman  abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.
Saran    
    Untuk asisten, sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan peraktikan yang sedang bermain-main dan menegurnya.
    Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat laboratorium dan fasilitas lainnya dilengkapi dan diperbaharui agar kelancaran praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2010. ANATOMI DAN FUNGSI REPRODUKSI HEWAN JANTAN .  http://one.indoskripsi.com/node/241. Tanggal akses : Senin, 11 Oktober 2010.
______b. 2009. "http://id.deliveri.org/wiki/scrotum". Tanggal akses : minggu, 10 Oktober 2010.
______c. 2009. http://diahayu.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=13. Tanggal akses :     Senin, 11 Oktober 2010.
______d. 2009. http://changes-theworld.blogspot.com/2009/05/anatomi-organ                            reproduksi-jantan.htm. ". Tanggal akses : Senin, 11 Oktober 2010.
Bhima. 2009.  Sistem Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya ( Domba, Kuda dan Babi ). MIPA FKIP Biologi Universitas Jambi; http://bhimashraf.blogspot.com/2009/04/archive.407003_8573.html. Tanggal akses : Minggu, 10 Oktober 2010.Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Keiko. 2009. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. http://changes-theworld.blogspot.com/2009/05. Tanggal akses : Senin, 28 September 2009.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. http://changes-theworld.blogspot.com/2009_05_01_archive.html. Tanggal akses : Senin, 11 Oktober 2010.Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta.
Purwanti, Drs. Maya. 2000. Dasar Reproduksi Ternak. Universitas Terbuka. Jakarta.Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

No comments:

Post a Comment